Menuliskan pengalaman ini di tengah hati yang ada di antara: lega dan cemas.
Dua hari ini saya mengikuti seleksi substantif LPDP batch 2 tahun 2017 alias satu-satunya batch untuk tujuan belajar ke luar negeri. Saya memilih lokasi tes di kampung halaman saya, Jogjakarta. Tidak ada alasan spesifik sebenarnya, hanya modus saja biar bisa pulang. Hahaha.. But then, saya ngga nyesel. Di sini ketemu beberapa orang dari almamater yang sama jadi berasa ada temennya. Maklum, udah angkatan tuak. Malu mau cari temen. -_-
Essay on the Spot dan LGD
Kemarin, tanggal 13 September 2017 adalah jadwal saya Essay on the Spot dan LGD. Tertulis jadwal esai jam 8 dan LGD jam 8.40. Mepet sekali sebenarnya. Tapi ketika saya tanyakan ke panitia, mereka memang sudah mendesain sedemikian rupa sehingga teman-teman esai juga merupakan teman-teman satu kloter LGD sehingga tidak akan ada kasus saling tunggu. Berdasar blogwalking, tips melewati 2 tes ini adalah dengan banyak-banyak baca koran sepekan terakhir mengenai berita terhangat di Indonesia. Tapi kayaknya ga juga sih.. give a little help aja.. tapi kita ga bener-bener diskusi tentang isu terhangat di Indonesia.
Pengalaman saya, tema esai ada 2 dan kita diminta memilih salah satu. Pertama, tentang angka perceraian yang terus meningkat (redaksinya kurang lebih seperti ini: Berdasarkan data dari Puslitbang Kemenag bahwa angka perceraian di Indonesia tahun 2010 – 2015 naik 50 – 80 persen). Dan tema kedua adalah tentang banyaknya anak di bawah 18 tahun yang merokok (redaksinya kurang lebih begini: Data dari blablabla menunjukkan jumlah perokok di Indonesia meningkat xx% dan dari jumlah tersebut diketahui anak yang merokok sebanyak xx%).
Sebenernya rada ngeblank sih statementnya kayak nggantung gitu. Cuman satu kalimat aja. Ga jelas minta diapain. Ga kayak writing IELTS yang lebih jelas arahnya, apakah agree-disagree atau problem solving, atau discuss. Tapi again, berdasar blogwalking, yang penting adalah bagaimana kita menawarkan solusi atas masalah tersebut, maka saya terus mengucap dalam hati “solusinya gimana, cari solusinya!”. Oya, kita bakal dikasih sobekan kertas untuk corat coret ide karena kertas soal tidak boleh dicorat coret.
Anyway, kalau berdasar pengalaman sebelumnya yang saya baca, beberapa menyarankan untuk membawa papan jalan karena kursinya tanpa meja, termasuk yang dulu tes di Jogja dengan gedung yang sama. Alhamdulillah sepertinya sekarang mekanismenya berubah. Satu ruangan berisi kurang lebih dua puluh orang, yaitu kelompok LGD 11A dan 11B (masing2 sekitar 10 orang). Setiap orang mendapat satu kursi dan satu meja. Enak lah tempatnya. Tapi AC-nya dingin bener. Untung Cuma 30 menit di dalem, ga membeku jadinya. Di awal dikasi penjelasan kalau esai diberi waktu 30 menit termasuk membaca soal. Dan esai ditulis dalam bahasa Inggris. Nanti menjelang waktu habis, pengawas akan memberi tahu sisa waktu berapa menit lagi.
Setelah itu, kami serombongan pindah ruangan ke ruang LGD. Di sana sudah ada kursi dan meja yang ditata mengkotak (karena ga bisa melingkar, wkwk) per kelompok. 11A mengkotak sendiri, 5 meter kemudian ada kelompok 11B mengkotak sendiri. Di setiap meja sudah disediakan kertas berisi kasus yang harus kami diskusikan. Kemarin saya dapat artikel dari Kompas, Agustus 2016. Beritanya ternyata tahun lalu loh.. Isinya tentang kepala daerah yang menjadi tersangka kasus korupsi tapi setelah seminggu penetapan, dia mendapat gelar doktor. Paradoks. Kemudian muncul opini bahwa seharusnya gelarnya dicabut, tapi ada juga yang memandang gelar akademik dan korupsi itu beda, ga ada sangkut pautnya. Nah udah deh di sini kita diskusi, siapa yang setuju jika gelar dicabut saat seseorang terbukti korupsi dan alasannya apa, dan siapa yang ga setuju beserta alasannya.
Di sini saya dapat 2x kesempatan bicara. Ternyata apa yang saya baca di Koran agak lumayan membantu di kasus ini. Karena saya sempat menyampaikan tentang kebijakan 5 hari sekolah untuk SD dan sekolah menengah untuk membangun karakter siswa, yang mana merupakan kebijakan yang baru diluncurkan pemerintah dan ada di Koran sekitar semingguan ini. Alhamdulillah, ga terlalu sia2 rajin baca korannya. Hehe.. Sebagai bocoran, kelompok 11B mendapat tema tentang opsi “impor” rektor universitas di Indonesia dari orang luar negeri. Jadi temanya akan berbeda tiap kelompok. Sayangnya saya ga tahu kelompok selain kami temanya apakah sama atau beda. Yang jelas seperti yang saya bilang tadi, bukan benar-benar berita terbaru yang akan dibahas. Logika dan keberpihakan kita aja yang teruji di sini.
Selesai sudah tes substantif hari pertama. Ga kerasa cepet banget. Kami pun kembali ke aula utama untuk melakukan verifikasi dokumen. Saya pakai map yang isinya plastic-plastik bening, dan saya masukkan dokumen yang harus diverifikasi satu-plastik-satu-dokumen . Jangan lupa diurutkan sesuai yang tercantum di formulir pengecekan dokumen. Alhamdulillah Cuma diliat satu per satu sama masnya dan ketika saya tawarkan untuk diambil dari dalam plastic dia bilang ga usah. Selesai dan pulang.
Wawancara
Nah, tadi pagi, saya dapat jadwal wawancara jam 9. Tiba di Gedung Keuangan Negara Yogyakarta jam 8.30. Presensi barcode, tau2 ada panggilan nama saya. “Dea Siti Hafsha, wawancara, kelompok 9”. Weeehh kok langsung?! Saya langsung Tanya panitia di mana ruang wawancara. “di bawah mbak,”. Jalan cepat saya turun tangga. Sampai bawah Tanya lagi sama satpam. “Mbaknya lurus terus, nanti belok kiri”. Alhamdulillah di setiap persimpangan, LPDP cukup jelas menempel arah lokasi. Lurus terus atau belok, sudah ada petunjuknya. Jangan khawatir, mereka professional kok. Sampai pojok, ada 2 petunjuk. Kelompok 1-7 ke kiri, kelompok 8-13 ke kanan. Saya belok kanan, sudah ada petugas lagi dan beberapa teman LGD kemarin yang duduk antri. Saya lapor sama petugas, kemudian formulir verifikasi dokumen saya disita sementara.
Ngobrol-ngobrol sama temen LGD kemarin sekitar setengah jam, sambil baca contekan wawancara biar ga lupa poin-poinnya. Akhirnya jam 9.00 saya dipanggil masuk. Huft, bismillah. Perjuangan panjang dimulai.
Di depan saya ada 3 orang pewawancara. Sebelah kiri saya Prof (lupa namanya), Bu (lupa namanya), dan Pak A. Setelah memperkenalkan diri mereka minta ijin untuk merekam. Tentu saja saya ga keberatan 🙂
Bu: oke mbak Dea, please introduce yourself
Saya: My name – I graduate from – I passionate in – why I have passion – what I’ve done since at univ about my passion – what I want after this
Prof: maaf, tadi apa pekerjaan orang tua?
Saya: (mikir, hm kayaknya tadi emang ga nyebutin kerjaan ortu) my father.. eh ayah saya. Eh, pakai bahasa apa pak?
Bu: semua jawaban in English mbak
Saya: oh okay, sorry.. my father passed away. My mother is a lecturer.
Agak gimana gitu ya ditanya bahasa dijawabnya inggris. hehe. Tidak pernah nemu blog yang membahas ini sebelumnya 😀
Prof: anak ke berapa dari berapa bersaudara?
Saya: I’m the first child and I have one little sister
Prof: kenapa pilih sekolah di Utrecht?
Saya: it comes from my experience that our society open up their eyes about this issues – I also talked to my lecturer about taking this field and they recommended me to study in Netherland. Besides, I have 3 reasons why Utrecht is the best uni for me – explanation.
Prof: ini kan isunya sangat kontekstual Indonesia, kenapa harus belajar di Negara lain? Saya khawatir nanti jadi di-belanda-belanda-kan
Saya: I understand – I want to learn the theories
Prof: emangnya ga ada di Indonesia? UGM UI kan malah master psikologinya
Saya: I have talked to expertise – NL has similar atmosphere with Indonesia
Prof: saudara sudah menikah? Sudah punya anak?
Saya: yes sir. I have married and have one son.
Bu: nanti kalau sekolah gimana, kan anaknya masih kecil. Suami juga punya tanggung jawab sama institusinya.
Di tengah ini, pak Prof ijin keluar, ke kamar mandi nampaknya.
Saya: I hope I can manage to bring my family together with me
Pak: nanti suaminya ngapain?
Saya: he said he would try to find his school.
Pak: loh, sekolahnya kapan? Bareng?
Saya: no sir. After I graduate.
Pak: loh nanti ga pulang ke Indonesia, nemenin suami sekolah?
Saya: I will go back to Indonesia. But the planning for his school we haven’t discuss yet.
Pak: wah, ya ini. Anda nanti mementingkan golongan dan ga pulang ke Indonesia nemenin suami sekolah. Intinya gitu
Saya: Cuma senyum (sumpah ini masih nyesek. Harusnya saya bisa bilang ga mungkin langsung sekolah wong harus nyari beasiswa. Tapi udah dijudge duluan jadi Cuma bisa senyum dalam hati menangis T_T)
Pak: Okey, kalo memang di sana course ini terbaik, coba tunjukkan ke saya mana mata kuliah yang paling penting
Saya: (matek! Saya ga prepare jawaban tentang ini jujur saja T_T) may I open my document sir? Sorry I don’t remember the name of the subjects.
Pak: silakan
Saya: *buka rencana studi*. This sir. These 2 are the most important thing for me.
Pak: mana yang membahas tentang rencana tesis anda?
Saya: yang ini pak.
Pak: tapi ini kan general. Ga spesifik tentang tesis anda.
Saya: yes sir. But in this course, I will write my thesis since the first period so I can have discussion about that issue with my supervisor and get deeper understanding.
Pak: oke tentang tesis anda. Penelitian kan berangkat dari masalah. Kalo ngga ada masalah ngapain diteliti? Nah ini judul tesis anda, dapat dari mana datanya? Sudah berapa jurnal yg anda baca sehingga bisa menulis judul tesis seperti ini?
Saya: I haven’t sir.
Pak: nah, ini masalahnya tesis anda sensitive. Saya tersinggung dengan ini. Dari mana anda bisa menyimpulkan ini sebuah masalah
Saya: sorry sir. This is due to my experience in my neighbourhood. Based on their report that this issue is the most common in their life.
Pak: nah, most tu berapa banyak? Anda hitung ga?
Saya: not yet sir.
Pak: nah harusnya anda data, anda hitung berapa persen. Jadi kita ga debat kusir.
Saya: I’m sorry sir.
Pak: oke, tapi tadi masukan serius dari saya ya
Saya: yes sir, thank you sir.
Bu: oke mbak, tentang adaptasi. apakah anda pernah ke luar negeri?
Saya: no ma’am (sebenernya saya pernah plesir kecil ke singapur sama ortu, tapi nanti dikira mampu biaya sendiri, hehe.. lagian emang belum pernah belajar ke luar negeri, jadi saya anggap ini pertanyaan tentang sekolah)
Di tengah jawaban ini, Pak A tadi ijin keluar ke kamar mandi. Dan jujur, saya merasa lega ga ada bapaknya T_T
Bu: nanti gimana sekolah di luar?
Saya: as I said before, I hope I can bring my family together so I have them.
Bu: kalo ga bisa?
Saya: I can call my family and my relatives, and of course I will pray to God
Bu: tempat kerja suami gimana mbak?
Saya: we have a deal before we married that he will support me to continue my study. The place where we work now already know our plan. Besides, it’s my husband’s payback to his school after the scholarship he got.
Bu: kesulitan terbesar dalam hidup anda apa mbak?
Saya: *njelasin yang sudah ditulis di esay “Sukses Terbesar dalam Hidupku”*
Bu: setelah lulus rencananya ke mana mbak?
Saya: join NGO ma’am
Bu: kalo ga diterima?
Saya: going to education, school
Bu: mau jadi dosen?
Saya: I have intention, but I think not in this short time
Bu: why?
Saya: I prefer to involve directly in society
Bu: oh so you think join NGO will make you join society
Saya: yes ma’am
Bu: sekarang kan kerja di sekolahan, ini rencana jangka panjang bukan?
Saya: no ma’am
Bu: oh, saya pikir kalo memang rencana jangka panjang, kenapa ga ambil profesi saja, kan langsung bisa praktek di sekolah
Saya: hehe, no ma’am. Besides, I also talked to my friend who took master, she said if I want to learn specific in this issue, I should go out. Because there only one subject about this issue, and what makes them have better understanding is the practice.
Bu: oke mbak dea, saya kira cukup wawancaranya. Saya atas nama prof dan pak A, kita sudahi wawancaranya
Saya: baik bu
Bu: banyak berdoa saja, karena penentunya tidak hanya dari kami tapi juga dari LGD dan essay
Saya: baik bu. Assalamu’alaikum.
Begitulah. Saya yakin ada yang ga saya tulis karena keterbatasan ingatan. Saya nggak tahu deh gimana hasilnya. Karena rasa di hati antara puas ga puas. Tekanan itu masih terasa. Inget tadi pas dicecer Pak A sempet ngeblank dan secepat kilat berdoa robbishrohli sodri. Gile kalo ga ditolong Allah keknya jawabanku udah ngalor ngidul ga tentu arah deh -_-
Baiklah. Masih sebulan lagiiiii coy pengumumannya. Seridhonya Allah aja dah. Allah ridhonya yang mana, saya sekolah lagi apa engga. Lagian univnya juga belom dapet LOA karena pendaftaran baru buka tanggal 1 oktober. Still have a struggle ahead.